Transformasi Wajah KRL JABODETABEK

Analisis Saluran  Elektronik pada Transformasi Wajah KRL JABODETABEK




Moda transportasi kereta api di Indonesia mengalami peningkatan baik dari kualitas maupun layanannya dari tahun ke tahun. Seperti yang bisa kita rasakan bersama khususnya para penumpang setia kereta api, jika kita bandingkan penampakan kereta api yang dulu dengan yang sekarang tentunya sangat berbeda jauh. Bisa dibilang PT KAI berhasil membuat kemajuan berarti, seperti :

  • Dulu banyak penumpang yang naik ke atap gerbong kereta, sekarang satu pun tak ada
  • Berjualan di dalam gerbong kereta yang menyebabkan kereta menjadi kumuh, sekarang sudah tidak lagi
  • Kereta ekonomi yang tidak memiliki pendingin ruangan, ditambah padatnya penumpang dan ramainya pedagang asongan semakin memperburuk keadaaan. Sekarang sudah tidak ada lagi kereta yang tidak menggunakan AC dan tidak ada lagi orang yang berjualan di dalam gerbong kereta)
  • Tiket kertas yang kini beralih ke tiket elektronik



Sejarah kereta api Indonesia dari dulu hingga sekarang


  • Terimakasih kepada pemerintah Belanda yang telah menjadi pelopor pengadaan kereta api lokomotif pertama di Indonesia yang mulai beroperasi di Jakarta tahun 1925-1976 (system perkeretaapian tahun 1925 menjadi cikal bakal perkembangan KRL hingga sekarang)
  • Tahun 1976 mulai diganti KRL dari Jepang
  • Tahun 1976 – 2013 banyak pedagang yang berjualan di peron stasiun
  • Tahun 2009 membeli kereta ber-AC
  • Tahun 2011 mengadakan program Pola Single Operation (tidak ada lagi kereta express)
  • Tahun 2011 mengadakan program Pola Operasi Loop Line (menyederhanakan rute, dibuat sistem transit)
  • Tahun 2012 kios-kios liar yang berada di area stasiun ditertibkan, baik di peron maupun di halaman stasiun)
  • Tahun 2013 penghapusan KRL ekonomi, yang menyebabkan penumpang tidak lagi naik ke atap kereta
  • Tahun 2013 tiket kertas beralih ke tiket elektronik (singletrip dan multitrip)
  • Tahun 2013 dibuat peraturan tentang jaminan kartu singletrip sebesar Rp5000 karena PT KAI mengalami kerugian yang disebabkan oleh banyaknya penumpang yang tidak mengembalikan kartu tersebut
  • Tahun 2015 PT KAI mulai berinovasi dengan membuat berbagai macam bentuk tiket seperti gelang, stiker,dan gantungan kunci
  • Tahun 2016 penyediaan vending machine (mesin penjual otomatis)
  • Tahun 2016 integrasi KRL dengan Transjakarta di beberapa stasiun seperti :Tebet, Manggarai, Palmerah (untuk sampai ke stasiun tersebut, penumpang dapat menggunakan Transjakarta)
  • Tahun 2020 rencananya pemerintah akan mengembangkan sistem Transit Oriented Development (TOD). KRL akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya yang berbasis kereta, yakni MRT, LRT, dan kereta bandara. Selain itu, KRL terintegrasi dengan Transjakarta.


Jasa yang ditawarkan PT KAI termasuk ke dalam saluran distribusi langsung, dimana  PT KAI memberikan layanan jasa transportasi yang manfaatnya dirasakan langsung oleh pengguna jasa tersebut. Dalam kegiatannya PT KAI menerapkan strategi tarik, yaitu dapat langsung menarik minat calon penumpang dengan segala macam kelebihan yang dimilikinya dan hampir tanpa menggunakan perantara, karena tanpa adanya iklan pun calon penumpang sudah mengetahui apa saja kelebihan dari menggunakan jasa transportasi kereta api jabodetabek, salah satu contohnya seperti tebebas dari kemacetan dan biaya yang terjangkau.


Saya sendiri pernah punya kenangan buruk dengan keadaan kereta api zaman dulu. Dulu sekitar tahun 2005, waktu umur saya masih sekitar 9 tahun (SD), saya pernah diajak tante saya pergi ke rumahnya yang berada di depok dengan menggunakan kereta api. Waktu itu saya hendak turun di stasiun depok baru, saat kereta hampir sampai di stasiun yang dituju, saya, kakak, sepupu dan tante saya sudah bersiap untuk turun. Saat kereta berhenti, kami berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari kereta karena pada saat itu keadaan kereta sangat dipadati penumpang. Kami bergandengan tangan agar tidak terpisah (saya dengan kakak, dan tante dengan sepupu), karena jika terlepas sebentar saja sudah dapat dipastikan saya hilang ditelan ribuan penumpang yang menurut saya sangat egois untuk berebut keluar/masuk kereta. Sialnya tangan saya terlepas dari gandengan, karena tidak mampu berlomba dengan orang-orang yang berebut keluar/masuk, ditambah lagi didepan saya ada ibu-ibu membawa barang belanjaan yang sangat banyak dan besar, seperti kardus-kardus belanjaan entah apa itu. Saat kaki saya benar-benar hanya tinggal selangkah lagi, tiba-tiba pintu kereta tertutup dan kereta bergerak maju perlahan. Setelah saya sadari ternyata rombongan saya sudah terlebih dahulu keluar dari kereta, Saya panik setengah mati. Anda bisa bayangkan bagaimana rasanya jadi saya? Anak kecil yang baru pertamakali naik kereta tertinggal rombongan dan terbawa kereta entah kemana. Saya tidak tahu apa-apa, saya tidak tahu bagaimana caranya kembali ke stasiun tersebut. Anda pasti tahu kan apa yang saya lakukan setelahnya? Ya! Menangis ketakutan adalah hal pertama yang saya lakukan, saya tidak tahu harus berbuat apa. Beberapa hanya melihat dengan bingung dan berbisik mengasihani, beberapa lagi menyarankan untuk turun di stasiun berikutnya dan kembali ke stasiun sebelumnya. Tapi saya ngerti apa? Untungnya ada seorang wanita muda sekitar berumur 20-an yang menghampiri dan menenangkan saya, ternyata dia juga tertinggal karena stasiun tujuan kami sama. Saya merasa agak sedikit tenang tapi belum cukup tenang karena saya tidak tahu bagaimana caranya kembali ke stasiun tadi, untungnya dia berjanji untuk membawa saya kembali ke stasiun depok baru. Setelah itu saya baru bisa merasa tenang. Ternyata di stasiun depok baru, tante saya juga turut panik dan berusaha menemukan saya dengan cara melapor kepada petugas untuk membawa saya kembali ke stasiun tersebut. Akhirnya saya berhenti di stasiun berikutnya dan kembali menuju stasiun depok baru. Saat bertemu rombongan saya kembali menangis tersedu-sedu saking senangnya. Tidak lupa kami berterimakasih kepada wanita muda tersebut.
Setelah kejadian itu saya sempat trauma dan tidak pernah berani naik KRL jabodetabek lagi, sampai kira-kira tahun 2013 saya mulai beranikan diri untuk menggunakan KRL lagi. Saat itu wajah KRL sudah mulai membaik, jauh dari kesan kumuh seperti dulu, walaupun berdesak-desakkan masih sering saya rasakan hehe. Tapi akhirnya saya mulai menikmati kenyamanan menggunakan KRL jabodetabek dan lebih memilih menggunakan transportasi tersebut untuk menempuh jarak yang cukup jauh dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi.











Sumber : https://vik.kompas.com/transformasi-wajah-krl/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial

Norma dan Etika dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen SDM dan Keuangan

Makalah BAB VI