ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS (1)
(Softskill)

Muthia Ratuzzahrah
17214658
3EA30

Definisi Etika :
Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Teori-teori Etika :


  • Eudemonisme
Menurut Aristoteles dalam K.Bertens (2007 : 242) dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan. Bisa dikatakan juga dalam setiap perbuatan, kita ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Sering kali kita mencari suatu tujuan untuk mencapai suatu tujuan lain lagi. Misalnya, kita minum Obat untuk bisa tidur dan kita tidur untuk dapat memulihkan kesehatan.

·         Egoisme etis
Menurut Sonny Keraf (2010 : 29) egoisme etis menilai suatu tindakan sebagai baik karena berakibat baik bagi pelakunya. Kendati bersifat egoistis, tindakan ini dinilai baik secara moral karena setiap orang dibenarkan untuk mengejar kebahagiaan bagi dirinya. Oleh karena itu, setiap tindakan yang mendatangkan kebahagiaan bagi diri sendiri akan dinilai baik secara moral. Sebaliknya, buruk kalau kita membiarkan diri kita menderita dan dirugikan.

·         Utilitarisme
Menurut Jeremy Bentham dalam Abu Yasid (2014 : 102) kebahagiaan yang besar diperoleh dari jumlah bilangan yang besar pula (The greatest happiness of the greatest number). Menurut teori ini, tolok ukur utility (keberuntungan) tak lain adalah dua kata yang saling berlawanan: 'kesenangan' (pleasure) dan 'kesedihan' (pain). Semakin seseorang mampu memproduksi kesenangan dan menekan kenistaan berarti ia akan lebih banyak mendapatkan kebahagiaan.
Standar pencapaian kebahagiaan, menurut teori ini, tak lain adalah individualisme. Bila masing-masing individu mampu memproduksi kebahagiaan sebanyak mungkin secara bebas tanpa batas, maka kepentingan kolektif akan terakomodasi dengan sendirinya.

·         Deontologi
Menurut Sonny Keraf ( 1998 : 23) istilah 'deontologi' berasal dari kata Yunani deon, yang berarti kewajiban. Karena itu, etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Menurut etika deontologi, suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.
Misalnya, suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etika deontologi bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik bagi pelakunya, melainkan karena tindakan itu sejalan dengan kewajiban si pelaku untuk, misalnya, memberikan pelayanan yang baik kepada semua konsumen, untuk mengembalikan utangnya sesuai dengan kesepakatan, untuk menawarkan barang dan jasa dengan mutu yang sebanding dengan harganya, dan sebagainya. Jadi, nilai tindakan itu tidak ditentukan oleh akibat atau tujuan baik dari tindakan itu.

·         Hak
Menurut K.Bertens (2000 : 72) teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban satu orang biasanya serentak berarti juga hak dari orang lain. Dalam hak janji, umpamanya. Jika saya berjanji sesuatu kepada teman, saya berkewajiban untuk menepati janji saya, sedangkan teman itu berhak bahwa saya melakukan apa yang saya janjikan.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Entah menjabat raja, atau lahir sebagai bangsawan, atau termasuk rakyat biasa, martabatnya selalu sama. Entah seseorang kaya atau miskin, atau dalam keadaan ekonomis yang sedang, dari segi martabatnya tidak ada perbedaan dan akibatnya ia tidak boleh diperlakukan dengan cara yang berbeda.
Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapa pun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.

·         Teleologi
Menurut Sonny Keraf (2010 : 28) istilah "teleologi" berasal dari kata Yunani telos, yang berarti tujuan, dan logos berarti ilmu atau teori. Etika teleologi menilai baik-buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan mendatangkan akibat baik.
Etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif, kita bisa bertindak berbeda dalam situasi yang lain tergantung dari penilaian kita tentang akibat dari tindakan tersebut. Demikian pula, suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa dibenarkan oleh etika teleologi hanya karena tindakan itu membawa akibat yang baik.


·         Keutamaan
               Menurut Sonny Keraf (2010 : 36) etika keutamaan (virtue ethics) tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, juga tidak mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal. Etika keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
              
               Dalam kaitan dengan itu, sebagaimana dikatakan Aristoteles, nilai moral ditemukan dan muncul dari pengalaman hidup dalam masyarakat, dari teladan dan contoh hidup yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat dalam menghadapi dan menyikapi persoalan-persoalan hidup ini. Di sana kita menemukan nilai moral tertentu, dan belajar mengembangkan dan mengha-
yati nilai tersebut.

·         Kebajikan
        Menurut Paul Wright 2005 : 64 teori ini menganggap suatu tindakan sebagai benar jika mendukung ciri-ciri karakter yang baik (kebajikan) dan salah jika menunjukkan ciri- ciri karakter yang buruk (kejahatan).


·          Kepedulian (Ethics Of Care)
        Menurut Carol Gilligan dalam Sulistyowati Irianto (2006 : 383) etika kepedulian adalah teori yang menekankan pada saling keterhubungan, dan muaranya adalah pada ragam kebenaran, sehingga mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang humanis.


·          Keadilan (Ethics of Justice)


        Menurut Carol Gilligan dalam Sulistyowati Irianto (2006 : 383) etika keadilan lebih menekankan pada persoalan hak dan hanya mengandung satu kebenaran, sehingga tidak mampu mengatasi berbagai persoalan kekerasan.
 

Jurnal :


 
 


Kesimpulan :
Brand merupakan pelabelan yang memiliki kekuatan untuk mendongkrak penjualan sebuah produk, merupakan janji sebuah perusahaan kepada pelanggan, dan menceritakan kepada para pelanggan apa yang bisa mereka harapkan dari produk dan layanan perusahaan tersebut. Brand bisa berupa nama, logo, slogan, dan simbol-simbol lain yang dapat membedakan sebuah produk atau layanan dari kompetitor dengan kriteria-kriteria yang ada di dalamnya.
Iklan sebuah produk atau jasa harus terikat rambu-rambu yang diatur kode etik periklanan seperti tidak boleh menyerang atau melecehkan merek dagang produk lain yang menjadi kompetitor. Dalam iklan atau branding, seharusnya yang ditonjolkan adalah keunggulan produk yang akan diluncurkan secara real.
Etika Islam memberikan rambu-rambu dalam menyampaikan pesan-pesan dalam branding atau iklan,seperti : Ikhlas (Keikhlasan), Tha’ah (Ketaatan/Komitmen), Uswah (Keteladanan), Siddiq (Kejujuran), Ukhuwah (Persaudaraan), Tarbawy (Edukatif), Tawadlu (Rendah Hati). Menyampaikan keunggulan diri atau golongan boleh saja, tetapi tidak mengaitkannya dengan kekurangan orang/golongan lain.
Dalam etika Islam, iklan juga harus melandasi penggunaan kata-kata atau simbol-simbol yang digunakan sesuai dengan aturan Islam, seperti menganjurkan supaya slogannya menggunakan kata-kata yang pantas, dan mudah dicerna oleh pihak lain, juga tidak menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam.
Dengan demikian, Islam telah memberikan batas yang jelas kepada siapapun manakala akan memberikan informasi kepada orang lain. Ada empat etika atau rambu -rambu yang diberikan Allah terhadap hal tersebut, yaitu: Qawlan Sadidan; Qawlan Baligho; Qawlan Layyinan; dan Qawlan Karieman.





DAFTAR PUSTAKA



Bertens, K.2000.Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius. Diambil dari :


Bertens, K.2007.Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Diambil dari :


Chairiwaty.2012.Branding Identity : Sebuah Tinjauan Mengenai Etika Bisnis Islam.Bandung: Jurnal
Ilmu Komunikasi, Vol.2, No.2, Oktober 2012. Diambil dari :
Irianto, Sulistyowati.2006.Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan
Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Diambil dari :
https://books.google.co.id/books?id=V-pLSfj961gC&pg=PA383&dq=etika+kepedulian&hl=jv&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=etika%20kepedulian&f=false


Keraf, A. Sonny.1998.Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius. Diambil dari :


Keraf, A. Sonny.2010.Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Buku Kompas. Diambil dari :



Wright, Paul H.2005.Pengantar Engineering. Jakarta: Erlangga. Diambil dari :


Yasid, Abu.2014.Islam Moderat. Jakarta: Erlangga. Diambil dari :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial

Norma dan Etika dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen SDM dan Keuangan

Makalah BAB VI